Rabu, 13 Januari 2010

Sebab Mega tak mau bertemu SBY

VIVAnews - Sejak kalah dalam Pemilihan Presiden 2004, Megawati Soekarnoputri nyaris tak pernah bertemu yang mengalahkannya, Susilo Bambang Yudhoyono. Pertemuan langsung mereka baru terjadi menjelang Pemilihan Presiden 2009, saat pengundian nomor peserta Pemilihan.

Sementara suami Mega, Taufiq Kiemas, setidaknya sudah tiga kali bertemu SBY. Bahkan SBY pernah menjenguk Taufiq saat terbaring sakit di Rumah Sakit MMC, Jakarta Selatan.

Derek Manangka, dalam buku "Jurus & Manuver Politik Taufiq Kiemas: Memang Lidah Tak Bertulang" menceritakan bahwa penyebab utama Mega tak mau bertemu SBY adalah karena merasa dibohongi. Pemicunya adalah Pemilihan Presiden 2004 itu.

Menjelang akhir tahun 2004, Derek pernah bertanya langsung kepada Megawati mengenai itu. "Mega tidak langsung menjawab," ujar Derek. "Hanya saja Mega memberikan ilustrasi percakapannya dengan Yusril Ihza Mahendra, Menteri Kehakiman dan HAM di era pemerintahannya," tulis Derek di halaman 142 buku yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama itu.

Yusril ketika ditanya soal Pemilu 2004, menyatakan kepada Mega akan ikut bertarung dalam Pemilihan Presiden. "Berbeda dengan Yudhoyono yang terus mengelak walaupun fakta yang diterima Mega dari Badan Intelijen Negara menunjukkan Yudhoyono sudah mempersiapkan sebuah partai untuk kendaraan politik," ujar Derek. "Di mata Mega, Yudhoyono telah "berbohong"."

Mega merasa "dikhianati" karena Yudhoyono justru pernah diselamatkan citranya oleh Mega. Presiden sebelum Mega, Abdurrahman Wahid, pernah memecat Yudhoyono sebagai Menteri Pertambangan di tengah jalan, namun ketika Mega naik, Yudhoyono bahkan ditaruh menjadi Menteri koordinator Politik dan Keamanan yang berwibawa.

Bukan hanya itu, Mega berniat pada Pemilihan 2004 nanti, akan menjadikan Yudhoyono sebagai calon Wakil Presiden. Namun rupanya, sejarah berkehendak lain, Yudhoyono mengalahkan Mega dalam Pemilihan Presiden.

Kemenangan Yudhoyono ini pun dinilai kubu Mega tak sepenuhnya bersih. Menurut Derek, seminggu setelah Pemilihan Presiden 2004 putaran dua digelar, Taufiq Kiemas mendapat masukan bahwa ada kejanggalan dalam penghitungan suara. "Ada peran teknologi dan kekuatan di luar jangkauan TK, yang sejak awal sudah membantu lawannya Mega," ujar Derek.

Kejanggalan itu bahkan dipresentasikan Roy Suryo, yang saat itu belum masuk Partai Demokrat, di hadapan pembesar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. PDIP termasuk Taufiq dan Mega memahfumi telah terjadi kecurangan.

Namun Taufiq menyarankan PDIP dan Megawati yang saat itu masih Presiden tidak mengusut secara hukum kecurangan ini. Hasil penghitungan cepat, kata Taufiq, telah membuat publik melihat pasangan Yudhoyono-Jusuf Kalla sebagai pemenang. Bila Mega-Hasyim Muzadi menyatakan Pemilihan curang, malah menyudutkan Mega sendiri dan simpati justru jatuh pada SBY.

Akhirnya temuan Roy Suryo itu hanya dipendam, tak pernah dipublikasikan. Biarkan Komisi Pemilihan Umum terus bekerja. "Sekalipun Mega kalah, tetapi Mega berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan Pemilu yang aman. Soal kekalahan, itu memang kebodohan kita. Kesalahan kita mengapa bisa dibodohi," ujar Taufiq seperti dikutip Derek.

Dan akhirnya KPU mengumumkan SBY-JK sebagai pemenang Pemilihan Presiden meski ada 10 persen suara yang berjumlah 12 juta suara tak bisa dihitung. Suara tak terhitung itu, sebagian besar tersebar di basis PDIP, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

GURITA CIKEAS FULL VERSION (FREE DOWNLOAD)
 
http://www.ziddu.com/download/8134905/gurita-cikeas-full.pdf.html

1 komentar:

  1. apa aku kata Mega meski pendiam, seperti bapaknya tidak mau melihat perpecahan bangsa ini demi kekuasaan semata....Mega lebih mencintai bangsanya daripada jabatan presidennya

    BalasHapus